BEM FIS UM 2014

BEM FIS UM 2014

Sabtu, 31 Maret 2012

Wanita Cantik Indonesia


Wanita Cantik Indonesia

Sungguh ini adalah lelucon lama. Jujur, penyebab saya membuat tulisan ini adalah  karena merasa pusing seketika ada teman perempuan yang mengeluh dan mempermasalahkan berat badannya ( barangkali pacar saya juga ) dan saat ingat acara kontes kecantikan di layar TV; yang substansi acaranya adalah perlombaan bagi para wanita Indonesia untuk  memperlihatkan fisik yang indah, dan ukuran intelektualitasnya, dengan gembira. Dan menurut saya, acara ini sangat berpengaruh besar terhadap gaya hidup wanita Indonesia, tepatnya remaja putri. Tampaknya seperti mengharuskan wanita indonesia untuk memenuhi tuntutan ‘rumus’ agar bisa dikatakan wanita cantik untuk era ini; Berparas indah, tinggi badan proporsional, tidak gemuk, dll. Yang pasti, posisi daging dengan tulang harus tepat (paham materialisme) merupakan syarat wajib menjadi cantik. Tidak heran hingga remaja-remaja putri saat ini begitu terobsesi untuk menjadi wanita cantik rumusan. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk sama dengan ‘rumus’. ( Senyatanya memang iya, jika wanita berparas indah, bertinggi badan rata-rata, dan langsing adalah memang kegemaran mata kaum adam. Termasuk saya :D ).
Tapi, saya merasa lagi-lagi ini merupakan pergeseran budaya. –INDONESIA- Sekarang, rupanya masyarakat kita mulai sepakat bahwa wanita yang dibilang cantik adalah wanita yang mampu sama dengan rumus-rumus itu. Sejenak saya akan mengajak anda melompat ke era nilai-nilai nenek moyang ( Nilai-nilai budaya asli Indonesia ) tepatnya ‘nilai kecantikan’, dimana segala sesuatunya merupakan kebaikan. Cantik = Hayu = ‘Ayu’, dalam bahasa jawa. Yang artinya adalah ‘menyelamatkan’. Terang sekali yang dijelaskan etimologis ini. Bahwa, perempuan cantik = perempuan ayu, adalah ‘perempuan yang menyelamatkan’. Atau bisa kita sepakati sebagai ‘perempuan penyelamat’. Penyelamat adalah segala sesuatu yang bisa membawa manusia pada dunia kedamaian dan kebaikan, menjauhkan dari jurang keburukan tentunya. Kedamaian dan kebaikan hanya akan terlahir oleh energi-energi yang positif/baik. Jadi, perempuan cantik adalah perempuan yang bisa membawa kita pada kedamaian, kebaikan, dan menjauhkan kita dari jurang keburukan ; perempuan berenergi positif. Bisa ditekankan pada sifat baik – budi pekerti.
Terlihat masalahnya, bukan? Apakah kita tersesat? Dan yang saya sesalkan disini adalah kenapa masyarakat kita  mulai lupa akan budaya sendiri atau bahkan kita sengaja menghapusnya? Bukankah amat lebih baik jika berbudaya murni?  Jawabannya ada pada diri kita sendiri.
Sungguh berharap sekali, kita semua mulai bisa menyepakati bersama bahwa:
PEREMPUAN CANTIK INDONESIA BUKANLAH PEREMPUAN BERPARAS INDAH NAN BERTUBUH LANGSING SEMATA, TAPI YANG LEBIH UTAMA - PEREMPUAN CANTIK INDONESIA ADALAH PEREMPUAN YANG BERBUDI PEKERTI”.


M. Nur Khotib / HKn '11

SENGKETA TANAH TRAGEDI MESUJI - LAMPUNG


Tahun 2003 Mesuji-Lampung, diawali dengan pembusukan kuasa tanah oleh perusahaan asing bernama PT. Silva Inhutani milik warga malaysia yang memiliki kuasa atas tanah di daerah tersebut sekitar kurang lebih 30.000 Ha yang dimanfaatkan untuk penanaman perkebunan kelapa sawit. Berlanjut ke keserakahan tahun berikutnya, pihak asing tersebut berencana untuk memperluas lagi lahan kolonialnya menjadi sekitar 43.000 Ha, tapi rencana tersebut  terus dicerca dan ditolak oleh penduduk setempat hingga terjadi konflik antar kedua belah pihak, antara penduduk dengan pihak perusahaan. Sedikit lebih cerdik, pihak asing tersebut membentuk semacam tim sukses dinamakan Swakarsa yang dilabeli oleh aparat kepolisian untuk mewujudkan ambisinya, yaitu perluasan lahan (Polisi disini ibarat tukang jaga maling hahaha :D). Tahun 2009, atas skenario itu, entah aparat dibayar berapa? Sesampai begitu kejamnya membantai penduduk setempat yang bersih keras berusaha untuk mempertahankan lahannya dari kekuasaan pihak asing. Dan klimaks terjadi pada tahun 2011 sekarang, 30 korban tewas. Setragis korban tragedi sampit (2004), mayat tanpa kepala berserakan, mayat hanya tubuh tergantung tak berdaya di pohon-pohon. Pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh aparat keamanan ini langsung dilaporkan kepada Komisi III DPR oleh penduduk setempat dipimpin langsung oleh Saurip Kardi Purn, mengadu kesana-kemari tetap saja suara ini teracuhkan. Satu keanehan lagi dari beribu kelainan di negeri ini.

Kenapa Negri ini ?
Dimana-kebajikan ?
Dimana-keadilan ?
Dimana perikemanusiaan ?
Apa sudah luntur terguyur uang ?

“Berangkat dari usaha mencari nafkah oleh pihak asing, kemudian melihat sebuah peluang untuk berserakah dengan hasratnya untuk memperluas tanah, dilanjutkan dengan membabi buta, yaitu berambisi tanpa memperdulikan lingkungan alam dan sosialnya. Iya! Hanya untuk harta manusia-manusia begitu mudah untuk menawarkan nyawa.”







M. Nur Khotib / HKn '11